Jumat, 22 Agustus 2008

Jejak Kaki Manusia di Trilobite

(Erabaru.or.id) - Doktor Brosshil, Ketua Fakultas Geologi, Institut Berry, Kentucky, Amerika Serikat pada tahun 1938 mengumumkan bahwa ia menemukan 10 jejak binatang yang menyerupai manusia di karang pasir pada zaman karbon. Foto mikroskop dan infra merah membuktikan, bahwa semua jejak ini adalah tercipta secara alami dari pijakan kaki manusia, dan bukan diukir oleh tangan manusia. Menurut perkiraan, batu-batu yang meninggalkan jejak kaki manusia ini sejarahnya diperkirakan telah mencapai 250 juta tahun lamanya.


Pada saat yang lebih awal lagi, ada orang di kota St.Loui, tepi sungai Mississippi, Amerika Serikat, pernah menemukan sepasang jejak kaki manusia di sebuah batu karang. Menurut penilaian ahli geologi, sejarah batuan ini kira-kira sudah 270 juta tahun lamanya.

Penemuan yang lebih unik lagi adalah Sumber Antilop di Utah, Amerika Serikat. Seorang penggemar bernama Missanter pada bulan Juni tahun 1968 menemukan beberapa bongkah fosil trilobite. Dia menceritakan bahwa di saat dia menggunakan palu geologi dengan ringan mengetuk untuk membuka selempengan batu, lempeng batu-batu terbuka sama seperti sebuah buku, dia dengan terkejut menemukan jejak kaki seorang manusia pada permukaan batu yang sedang menginjak trilobite pada bagian tengahnya, sedangkan kepingan batu yang satunya lagi juga hampir memperlihatkan bentuk jejak kaki yang sempurna, namun yang semakin membuat orang merasa heran adalah ternyata beberapa orang itu mengenakan sandal!

Kemudian, pada bulan Juli 1968, ahli geologi ternama Doktor Bedick berinisiatif pergi sendiri ke Sumber Antilop untuk melakukan penyelidikan, lalu menemukan lagi sebuah jejak kaki anak kecil. Pada bulan Agustus 1968, seorang pengajar di sekolah pemerintah di kota danau garam yang bernama Howard menemukan lagi dua jejak kaki manusia yang mengenakan sepatu di sebuah batuan yang sama yang mengandung fosil trilobite.

Semua penemuan yang ada ini, setelah dinilai oleh para sarjana yang ahli di bidang itu, maka rata-rata berpendapat bahwa itu merupakan suatu yang tidak dapat disangsikan lagi, dan merupakan sebuah tantangan besar terhadap tradisi geologi. Kepala Museum Ilmu Bumi Universitas Utah, Madisson, dalam jumpa persnya mengatakan; "Kala itu tidak ada manusia di bumi, juga tidak ada kera, beruang, atau binatang malas besar lainnya yang bisa membuat serupa jejak kaki manusia. Namun jika demikian halnya, maka di saat bahkan sebelum terevolusi binatang yang mempunyai tulang belakang, lantas ada binatang apakah yang mirip dengan manusia dan yang bisa berjalan di planet bumi ini?"

Trilobite adalah binatang samudera yang halus-kecil dan tidak memiliki ruas tulang belakang, satu spesies dengan udang dan kepiting. Waktu keberadaannya di bumi di mulai sejak 600 juta tahun yang lampau hingga punah pada 280 juta tahun yang silam. Dan sejarah munculnya manusia sangat pendek jika dibandingkan dengannya, namun mengenai penggunaan sepatu yang cukup memenuhi standar ini hanya 3.000 tahun lebih. Lalu bagaimana untuk menjelaskan atas semuanya ini?

(Sumber : Zhengjian.net)

Senin, 23 Juni 2008

10 RESEP SUKSES BANGSA JEPANG

Artikel ini saya ambil secara utuh dari milis MC-ers yang ditulis oleh Romi Satria Wahono. Semoga dapat dijadikan pembelajaran dan kontemplasi yang positif.

1. KERJA KERAS
Sudah menjadi rahasia umum bahwa bangsa Jepang adalah pekerja keras. Rata-rata jam kerja pegawai di Jepang adalah 2450 jam/tahun, sangat tinggi dibandingkan dengan Amerika(1957 jam/tahun), Inggris (1911 jam/tahun), Jerman (1870 jam/tahun), dan Perancis (1680jam/tahun). Seorang pegawai di Jepang bisa menghasilkan sebuah mobil dalam 9 hari, sedangkan pegawai di negara lain memerlukan47 hari untuk membuat mobil yang bernilai sama. Seorang pekerja Jepang boleh dikatakan bisa melakukan pekerjaan yang biasanya dikerjakan oleh 5-6 orang. Pulang cepatadalah sesuatu yang boleh dikatakan "agak memalukan" di Jepang, dan menandakan bahwa pegawai tersebut termasuk "yang tidak dibutuhkan" oleh perusahaan.

2. MALU
Malu adalah budaya leluhur dan turun temurun bangsa Jepang. Harakiri (bunuh diri dengan menusukkan pisau ke perut) menjadi ritual sejak era samurai, yaitu ketika mereka kalah dan pertempuran. Masuk ke dunia modern, wacananya sedikit berubah ke fenomena "mengundurkan diri" bagi para pejabat(menteri, politikus, dsb) yang terlibat masalah korupsi atau merasa gagalmenjalankan tugasnya. Efek negatifnya mungkin adalah anak-anak SD, SMP yang kadang bunuh diri, karena nilainya jelekatau tidak naik kelas. Karena malu jugalah, orang Jepang lebih senangmemilih jalan memutar daripada mengganggu pengemudi di belakangnya dengan memotong jalur ditengah jalan. Mereka malu terhadap lingkungannya apabila mereka melanggar peraturan ataupun normayang sudah menjadi kesepakatan umum.

3. HIDUP HEMAT
Orang Jepang memiliki semangat hidup hemat dalam keseharian. Sikap antikonsumerisme berlebihan ini nampak dalam berbagai bidang kehidupan. Di masa awal mulai kehidupan di Jepang, saya sempatterheran-heran dengan banyaknya orang Jepang ramai belanja di supermarketpada sekitar jam 19:30.Selidik punya selidik, ternyata sudah menjadi hal yang biasa bahwasupermarket di Jepang akan memotong harga sampai separuhnya pada waktu sekitar setengah jam sebelumtutup. Seperti diketahui bahwa Supermarket di Jepang rata-rata tutup pada pukul 20:00.

4. LOYALITAS
Loyalitas membuat sistem karir di sebuah perusahaan berjalan dan tertatadengan rapi. Sedikit berbeda dengan sistem di Amerika dan Eropa, sangat jarang orang Jepang yang berpindah-pindahpekerjaan. Mereka biasanya bertahan di satu atau dua perusahaan sampaipensiun. Ini mungkin implikasi dari Industri di Jepang yang kebanyakan hanya mau menerima fresh graduate, yang kemudian mereka latih dan didik sendiri sesuai dengan bidang garapan (corebusiness) perusahaan.

5. INOVASI
Jepang bukan bangsa penemu, tapi orang Jepang mempunyai kelebihan dalammeracik temuan orang dan kemudian memasarkannya dalam bentuk yang diminati oleh masyarakat. Menarik membaca kisah Akio Morita yang mengembangkan Sony Walkman yang melegenda itu. Cassete Tape tidak ditemukan oleh Sony,patennya dimiliki oleh perusahaan Phillip Electronics. Tapi yang berhasilmengembangkan dan membundling model portable sebagai sebuah produk yang booming selama puluhan tahun adalah AkioMorita, founder dan CEO Sony pada masa itu. Sampai tahun 1995, tercatatlebih dari 300 model walkman lahir dan jumlah total produksi mencapai 150 juta produk. Teknik perakitan kendaraan rodaempat juga bukan diciptakan orang Jepang, patennya dimiliki orang Amerika.Tapi ternyata Jepang dengan inovasinya bisa mengembangkan industri perakitan kendaraan yang lebih cepat dan murah.

6. PANTANG MENYERAH
Sejarah membuktikan bahwa Jepang termasuk bangsa yang tahan banting danpantang menyerah. Puluhan tahun dibawah kekaisaran Tokugawa yang menutup semua akses ke luar negeri, Jepang sangat tertinggal dalam teknologi. Ketika restorasi Meiji (meiji ishin) datang,bangsa Jepang cepat beradaptasi dan menjadi fast-learner. Kemiskinan sumber daya alam juga tidak membuat Jepangmenyerah. Tidak hanya menjadi pengimpor minyak bumi, batubara, biji besidan kayu, bahkan 85% sumber energi Jepang berasal dari negara lain termasuk Indonesia.

Kabarnya kalau Indonesia menghentikan pasokan minyak bumi, maka 30% wilayah Jepang akan gelap gulita. Rentetan bencanaterjadi di tahun 1945, dimulai dari bom atom di Hiroshima dan Nagasaki, disusul dengan kalah perangnya Jepang, dan ditambahi dengan adanya gempa bumi besar di Tokyo. Ternyata Jepang tidakhabis. Dalam beberapa tahun berikutnya Jepang sudah berhasil membangunindustri otomotif danbahkan juga kereta cepat (shinkansen) . Mungkin cukup menakjubkanbagaimana Matsushita Konosuke yang usahanya hancur dan hampir tersingkir dari bisnis peralatan elektronik di tahun 1945 masihmampu merangkak, mulai dari nol untuk membangun industri sehingga menjadikerajaan bisnis di era kekinian. Akio Morita juga awalnya menjadi tertawaan orang ketika menawarkan produk CasseteTapenya yang mungil ke berbagai negara lain. Tapi akhirnya melegenda dengan Sony Walkman-nya. Yang juga cukup unik bahwa ilmu dan teori dimana orang harus belajar dari kegagalan ini mulai diformulasikan di Jepang dengan nama shippaigaku (ilmu kegagalan).

7. BUDAYA BACA
Jangan kaget kalau anda datang ke Jepang dan masuk ke densha (kereta listrik), sebagian besar penumpangnya baik anak-anak maupun dewasa sedang membaca buku atau koran.Tidak peduli duduk atau berdiri, banyak yang memanfaatkan waktu di densha untuk membaca. Banyakpenerbit yang mulai membuat man-ga (komik bergambar) untuk materi-materi kurikulum sekolah baik SD, SMP maupun SMA.Pelajaran Sejarah, Biologi, Bahasa, dsb disajikan dengan menarik yangmembuat minat baca masyarakat semakin tinggi. Saya pernah membahas masalah komik pendidikan di blog ini. Budaya baca orang Jepang juga didukung oleh kecepatan dalam proses penerjemahanbuku-buku asing (bahasa inggris, perancis, jerman, dsb). Konon kabarnya legenda penerjemahanbuku-buku asing sudah dimulai pada tahun 1684, seiring dibangunnya institut penerjemahan dan terus berkembang sampai jaman modern. Biasanya terjemahan buku bahasa Jepang sudah tersedia dalam beberapa minggu sejak buku asingnya diterbitkan.



8. KERJASAMA KELOMPOK
Budaya di Jepang tidak terlalu mengakomodasi kerja-kerja yang terlalubersifat individualistik.Termasuk klaim hasil pekerjaan, biasanya ditujukan untuk tim atau kelompoktersebut. Fenomena ini tidak hanya di dunia kerja, kondisi kampus dengan lab penelitiannya jugaseperti itu, mengerjakantugas mata kuliah biasanya juga dalam bentuk kelompok. Kerja dalamkelompok mungkin salah satukekuatan terbesar orang Jepang. Ada anekdot bahwa "1 orang professorJepang akan kalah dengan satuorang professor Amerika, hanya 10 orang professor Amerika tidak akan bisamengalahkan 10 orangprofessor Jepang yang berkelompok" . Musyawarah mufakat atau sering disebutdengan "rin-gi" adalah ritual dalam kelompok. Keputusan strategis harus dibicarakan dalam"rin-gi".

9. MANDIRI
Sejak usia dini anak-anak dilatih untuk mandiri. Irsyad, anak saya yangpaling gede sempatmerasakan masuk TK (Yochien) di Jepang. Dia harus membawa 3 tas besarberisi pakaian ganti, bento(bungkusan makan siang), sepatu ganti, buku-buku, handuk dan sebotol besarminuman yangmenggantung di lehernya. Di Yochien setiap anak dilatih untuk membawaperlengkapan sendiri, danbertanggung jawab terhadap barang miliknya sendiri. Lepas SMA dan masukbangku kuliah hampirsebagian besar tidak meminta biaya kepada orang tua. Teman-temenseangkatan saya dulu di SaitamaUniversity mengandalkan kerja part time untuk biaya sekolah dan kehidupansehari-hari. Kalaupunkehabisan uang, mereka "meminjam" uang ke orang tua yang itu nanti merekakembalikan di bulan berikutnya.

10. JAGA TRADISI
Perkembangan teknologi dan ekonomi, tidak membuat bangsa Jepang kehilangantradisi dan budayanya. Budaya perempuan yang sudah menikah untuk tidak bekerja masih ada danhidup sampai saat ini.Budaya minta maaf masih menjadi reflek orang Jepang. Kalau suatu hari andanaik sepeda di Jepangdan menabrak pejalan kaki , maka jangan kaget kalau yang kita tabrak malahyang minta maaf duluan. Sampai saat ini orang Jepang relatif menghindari berkata "tidak" untuk apabila mendapat tawaran dari orang lain. Jadi kita harus hati-hati dalam pergaulan dengan orangJepang karena "hai" belum tentu "ya" bagi orang Jepang.
Persaingan keras karena masuknya beras Thailand dan Amerika yang murah,tidak menyurutkan langkah pemerintah Jepang untuk melindungi para petaninya. Kabarnya tanah yangdijadikan lahan pertanian mendapatkan pengurangan pajak yang signifikan, termasuk beberapa insentiflain untuk orang-orang yang masih bertahan di dunia pertanian. Pertanian Jepang merupakan salahsatu yang tertinggi di dunia.Mungkin seperti itu 10 resep sukses yang bisa saya rangkumkan. BangsaIndonesia punya hampir semua resep orang Jepang diatas, hanya mungkin kita belum mengasahnya dengan baik. Di Jepang mahasiswa Indonesia termasuk yang unggul dan bahkan mengalahkan mahasiswa Jepang. Orang Indonesia juga memenangkan berbagai award berlevel internasional. Saya yakin ada faktor "non-teknis" yang membuatIndonesia agak terpuruk dalam teknologi dan ekonomi. Mari kita bersama mencari solusi untukberbagai permasalahan republik ini. Dan terakhir kita harus tetap mau belajar dan menerima kebaikan dari siapapun juga.


Sabtu, 21 Juni 2008

Merajut Masa Depan Sempurna

Jarum jam terus berderak dan berdentang. Dan dalam laju perjalanan sejarah itu, kita semua diminta untuk bisa terus tumbuh dan berkembang. Tumbuh menjadi pribadi-pribadi yang matang nan unggul. Berkembang menjadi manusia - manusia yang mulia nan bermartabat. Sebab pada akhirnya : bukankah kita semua diciptakan untuk “Menjadi khalifah-khalifah terbaik di muka bumi?" Pertanyaannya sekarang adalah : jikalau memang kita mesti menjadi manusia-manusia unggul nan mulia, lalu pola pikir terbaik apa yang mesti dicengkram untuk merajut masa depan yang indah nan tercerahkan?



Untuk menjawab pertanyaan ini, saya ingin mengajak Anda semua melakukan ziarah pada lima elemen pola pikir (minds) yang diyakini merupakan modal penting untuk membangun keunggulan.Lima pola pikir ini sendiri sejatinya digagas oleh Howard Gardner melalui salah satu bukunya yang memikat bertajuk Five Minds for the Future. Gardner sendiri merupakan pakar psikologi yang dikenal luas karena dia-lah orang yang pertama kali memperkenalkan teori kecerdasan majemuk (multiple intelligences).




Melalui serangkaian riset yang ekstensif, Gardner menyimpulkan adanya lima jenis pola pikir yang akan memiliki peran makin penting dalam perjalanan sejarah masa depan.Pola pikir yang pertama adalah disciplined mind (pikiran terdisiplin) atau suatu perilaku kognisi yang mencirikan disiplin ilmu, ketrampilan, atau profesi tertentu. Seorang praktisi yang menekuni dunia bisnis dan manajemen misalnya, setidaknya mesti menguasai ilmu dan ketrampilan yang solid dalam bidang tersebut. Demikian pula, semua profesional lainnya – entah arsitek, ahli komputer, perancang grafis – harus menguasai jenis-jenis pengetahuan dan ketrampilan kunci yang membuat mereka layak menjadi bagian dari profesi mereka masing-masing. Esensi dari pola pikir yang pertama ini adalah : untuk benar-benar menjadi manusia yang profesional, kita mestinya menguasai secara tuntas, komprehensif, mendalam dan terdisiplin satu bidang pengetahuan/ketrampilan tertentu.



Pola pikir yang kedua adalah : synthesizing mind (pikiran mensintesa). Atau juga pola untuk mencerap informasi dari beragam sumber, memahami, mensintesakannya, dan lalu meraciknya menjadi satu pengetahuan baru yang powerful. Kecakapan dalam melakukan sintesa ini tampaknya menjadi kian penting terutama ketika banjir informasi kian deras mengalir melalui beragam media : televisi, media cetak, dan dunia online. Dan sialnya, bongkahan informasi yang deras mengalir itu acap dipenuhi dengan informasi sampah (junk information). Tanpa kecapakan memilah dan mensintesakan beragam informasi itu, percayalah, kita bisa tergelincir dan tenggelam dalam lautan informasi.



Information overload, demikian Alvin Toffler pernah menyebutnya beberapa tahun silam (lewat bukunya yang legendaris itu, The Third Wave).Pola pikir yang ketiga adalah creating mind (pikiran mencipta). Pikiran ini menggedor kita untuk senantiasa merekahkan ide-ide baru, membentangkan pertanyaan-pertanyaan tak terduga, menghamparkan cara-cara berpikir baru, dan sekaligus memunculkan unexpected answers. Pola pikir inilah yang akan membawa kita masuk dalam wilayah-wilayah baru yang menjanjikan harapan dan peluang untuk direngkuh dan dimanfaatkan. Pola pikir inilah yang akan membuat kita mampu berpikir secara lateral (out of the box) dan bukan sekedar berpikir linear mengikuti jalur konvensional yang acap hanya akan membuat kita stagnan.




Dan pola pikir inilah yang akan menemani kita untuk bergerak maju, progresif, demi terciptanya sejarah hidup yang positif dan bermakna (meaningful life). Pola pikir berikutnya adalah respectful mind (pikiran merespek). Atau sebuah pola pikir untuk menyambut perbedaan pandangan dengan sukacita, dan bukan dengan sikap saling curiga. Sebuah pola pikir yang akan membuat kita terhindar dari anarki akibat pemaksaan kepentingan. Sebuah pola pikir yang senantiasa mengajak kita untuk merayakan keragaman pandangan dan sekaligus menghadirkan empati nan teduh bagi pendapat/pikiran orang lain – meski pendapat itu mungkin berbeda dengan yang kita hadirkan.




Dan pola pikir yang terakhir atau kelima yang juga amat dibutuhkan adalah ethical mind (pikiran etis). Inilah pola pikir yang terus membujuk kita untuk berikhtiar membangun kemuliaan dan keluhuran dalam kehidupan personal dan profesional kita. Sebab pada akhirnya, bagaimana mungkin kita akan menjadi “umat terbaik di muka bumi” jika keluhuran nilai-nilai etika kita penuh dengan debu, robek dan usang?Demikianlah, lima pola pikir yang barangkali mesti selalu kita injeksikan dalam segenap ranah kognisi kita. Sebab dengan itulah, kita lalu bisa menyimpan sepenggal asa untuk membentangkan masa depan yang indah nan tercerahkan.




Artikel ini diposting secara utuh dari karangan Yodhie Antariksa (http://www.strategimanajemen.net/)